Jumat, 24 Juni 2011

PB


Yohanes 1:10; Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
Dengan ayat ini Yohanes mulai menjelaskan tanggapan manusia terhadap terang. Apa yang dikatakan dari tiga bagian, sudah di singgung atau ditegaskan, dalam pasal 1:3-9. Yohanes menegaskan bahwa dunia. Yang Dia ciptakan in, adalah dunia yang tidak mau mengenal Dia. Mereka tidak dapat berdalih. Seharusnya kita mencari Dia kalau Dia sudah datang, seharusnya mereka mengenal Dia pada akhirnya firman Allah berkuasa mencipta dan mengatur benar-benar datang ke dunia di dalam wujud manusia Yesus.
Yohanes 1:11; Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
Penolakan terang, dikemukakan kembali dalam ayat ini, tetapi susunan ayat ini menegaskan bahwa Dia adalah seorang pribadi, yang memiliki hubungan dengan mereka yang menolak Dia. Dalam Perjanjian Lama dan dalam khotbah rasul-rasul kepada umat Israel yang tercatat dalam Perjanjian Baru, ditegaskan bahwa Israel menolak Allah, dan Mesias. Tragedinya adalah bahwa terlalu banyak jumlah orang yang menolak tugas yang diberikan Allah kepada mereka.
Yohanes 1:12; tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.
Yohanes tidak mengatakan bahwa setiap orang menolak Terang itu. Memang, ada yang menerima-Nya sama seperti “sisa” yang diceritakan dalam 1 Raja-raja 19:14-18 dan Roma 11:1-5. Maka ada kontras antara mereka yang menerima Dia dan mereka yang menolak Dia. Mereka yang menolak Dia, tetapi menerima Dia, diberiNya hak untuk menjadi anak-anak Allah. Mereka menerima, dan mereka diberi. Mereka tidak melakukan perbuatan-perbuatan baik, dan dengan demikian meraih keselamatan. Mereka diberiNya hak untuk untuk menjadi anak-anak Allah. Mereka menerima hak atau kuasa untuk memakai julukan anak-anak Allah, sesuai dengan kedudukan baru yang dianugerahkan kepada mereka. Dalam ayat ini percaya dalam nama-Nya disamakan dengan menerima-Nya. Zaman itu, istilah nama mempunyai arti yang lebih besar daripada hanya sebutan. Istilah nama merujuk kepada keseluruhan kepribadian seseorang.
Yohanes 1:13; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari dagaing, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Jika anda ingin menjadi anak Allah, maka anda perlu diperanakkan bukan dari Allah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Penafsir yang lebih terarah pada teologi sistematis menganggap ayat ini sebagai pernyataan ajaran pilihan Allah yang menegaskan kedaulatan Allah. Pemakaian istilah darah memang agak aneh bagi kita, tetapi rupanya ini mencerminkan suatu kiasan yang mengaitkan darah kedua orang tua dengan proses pembuahan janin. Pemakaian kata daging atau secara harfiah, “kehendak daging”. Anak-anak Allah tidak diperanakkan karena keinginan tubuh jasmani. Ungkapan keinginan seorang laki-laki adalah searah dengan kedua uangkapan yang disebutkan diatas.
Yohanes 1:14; Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebgai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Firman itu telah menjadi sarx. Kata Yunani sarx adalah kata yang selalu dipakai oleh Paulus untuk menyebut daging, hakekat manusia dengan segala kelemahan serta kemungkinannya untuk jatuh kedalam dosa.
Yohanes mengatakannya dengan istilah yang mengejutkan. Dia memakai istilah Firman, dan bukan istilah “Mesias”. Dia memakai istilah daging, dan bukan istilah “manusia”. Yohanes berkata Firman..diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya. Penjelmaan Firman tidak terjadi di tempat yang tersembunyi, malah penjelmaan Firman disaksikan antara lain oleh Yohanes dan para rasul yang lain. Dengan demikian Allah menyatakan diri-Nya. Penyataan diri Allah yang disebutkan dalam ayat ini mendahului segala penyataan dari Dia yang pernah Dia adakan sebelimnya, dan tidak akan didahului sebelum Tuhan Yesus kembali untuk mendirikan kerajaan-Nya dibumi. Dalam Injil Yohanes, kemuliaan Tuhan Yesus dinyatakan melalui tanda-tanda-Nya, tetapi kemuliaan_nya saling dinyatakan melalui kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya.
Yohanes 1:15; Yohanes member kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya :”inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku”.
Menurut budaya Yahudi pada zaman itu, siapa yang mendahului orang lain dianggap lebih penting. Misalnya : Abraham lebih penting daripada Ishak. Tetapi Yohanes pembaptis member kesaksian bahwa prinsip itu tidak berlaku dalam hal ini, karena Yesus Kristus telah ada sebelum dia. Bnd Yoh 8:58.
Yohanes 1:16; karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karuniademi kasih karunia;
Ayat ini mengembangkan apa yang dikemukakan dalam ayat 14 yaitu bahwa “kemuliaan-Nya…penuh kasih karunia dan kebenaran”. “dari kepuhan-Nya tersebut kita semua telah menerima. bagi kita ada kasih karunia ganti kasih karunia, atau dengan antara lain, setelah kita menikmati satu berkat kasih karunia yang baru, dan seterusnya. Hukum Taurat adalah statis, sedangkan kehidupan dalam kasih karunia Tuhan Yesus adalah kehidupan yang dinamis, dimana setiap hari mengandung petualangan baru.
Yohanes 1:17; sebab hokum taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.
Ayat ini merupaka penjelasan dari ayat sebelumnya. Bagaimana Tuhan Allah melangkah sehingga menerima kasih karunia yang begitu berkelimpahan? Jawabannya adalah bahwa dulu ada hokum taurat, tetapi sekarang berkat Yesus Kristus, kita memperoleh kasih karunia dan kebenaran.
Yohanes 1:18 ; tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
Pernyataan bahwa tidak seorangpun yang pernah melihat Allah sesuai dengan ajran Firman Tuhan, mis: Kel 33:20-23.
Morris menjelaskan bahwa tidak ada kontradiksi dalam hal melihat Allah dalam ajaran ALkitab, karena sebelum anak Allah menjelma menjadi manusia, setiap kali orang dikatakan melihat Allah, mereka seperti Musa, visi mereka tidak lengkap, dan tidak menyatakan kepenuhan Allah. Tetapi sekarang, seluruh kepenuhan Allah telah dinyatakan dalam Yesus Kristus.
Tunggal…ada di pangkuan Bapa. Antara lain, persekutuan yang akrab itu berarti bahwa pernyataan Allah yang ada dalam Yesus Kristus, yang dinyatakan dalam sisa Injil Yohanes, dapat dipercayai. Anak yang Tunggal…menyatakan Allah Bapa.
Yohanes 1:19; dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia : “siapakan engkau?”
Menurut Matius 3:5, “penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan” datang kepada Yohanes pembaptis, sehingga para pemimpin agama Yahudi di Yerusalem sadar bahwa mereka harus tahu tentang orang itu. Oleh karena itu, mereka mengutus orang kesana. Kunjungan rombongan Imam dan orang-orang Lewi yang beratnya, “siapakah engkau?” menjadi kesempatan ideal bagi Yohanes untuk bersaksi mengenai Yesus.

PB


Yohanes 3:14 ; Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
Dia “telah turun dari surga” karena di bumi ini DIa harus ditinggikan. Sesuai dengan peringatan Tuhan Yesus dalam ayat 12, semula hal ini tidak dapat diterima (atau dimengerti) oleh Nikodemus.
Dalam ayat ini, Tuhan Yesus sungguh mulai menjawab pertanyaan Nikodemus, yang diajukan dalam ayat 9. Dia mulai menjelaskan “hal-hal ini surgawi” disini. Dia mengkiaskan penyaliban-Nya dengan ular yang ditinggikan di padang gurun, yang dikisahkan dalam Bilangan 21:4-9. Jika  Anak Manusia di tinggikan, maka manusia dapat diperanakkan kembali.
Yohanes menekankan suatu kesamaan antara ular  itu dan Tuhan Yesus, yaitu bahwa dua-duanya harus ditinggikan, tetapi sebenarnya kesamaannya lebih luas, karena tampaknya  ular itu melambangkan dosa umat Israel, dan waktu Dia disalibkan Tuhan Yesus menjadi dosa untuk kita.
Yohanes 3:15 ; supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Tujuan pernyataan bahwa “Anak Manusia harus ditinggikan”, suatu pernyataan yang masih terselubung, dijelaskan: hidup yang kekal bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Jadi kewajiban Nikodemus sudah dijelaskan: dia harus percaya kepada Yesus Kristus.
Yohanes 3:16 ; Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Ayat ini dapat dibagi empat:
1.      Kasih Allah sebagai sebab
2.      Anak-Nya sebagai  pemberian
3.      Iman sebagai syarat
4.      Kehidupan, bukan kematian, sebagai Akibat.
Anak manusia ditinggikan yang berakar dalam Kasih Allah. Orang Yahudi sudah mengerti bahwa Allah mengasihi mereka, tetapi pernyataan ini luar biasa karena mengatakan bahwa dia mengasihi dunia ini. Ini luar biasa bukan karena dunia ini besar, atau majemuk, tetapi karena dunia ini jahat. Begitu jahat dunia ini, sehingga dalam 1 Yohanes 2:15-17 orang Kristen dilarang mengasihi dunia. Larangan tersebut dan pernyataan ini tidak bertentangan, karena kasih Allah adalah kasih yang memberi, sedangkan larangan itu melarang kasih yang mau mengambil untuk dirinya sendiri.
Dia yang dikaruniakan demi keselamatan manusia disebut Anak-Nya yang Tunggal, julukan yang menekankan nilai yang amat tinggi. Dalam Kejadian 22, Abraham menyatakan kesediaannya untuk mengorbankan Anak-Nya yang tunggal, yang dia kasihi. Tampaknya peristiwa tersebut ada kaitannya dengan nas ini.
Untuk memperoleh apa yang dijanjikan dalam ini, hanya ada satu syarat, yaitu iman. Akibat yang dihasilkan bukan kebinasaan, melainkan hidup yang kekal. Yohanes tidak menerima adanya alternative ketiga, dia hanya menerima dua hal ini, yaitu kebinasaan dan hidup yang kekal.
Yohanes 3:17 ; Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Morris mengamati bahwa dalam ayat 16 ada sebutan Anak-Nya yang tunggal, yaitu sebutan yang penuh rasa kasih saying, sedangkan dalam ayat 17 ada sebutan Anak-Nya, yaitu sebutan yang penuh rasa hormat.
Menyelamatkan dan menghukum adalah “dua sisi dari sekeping uang logam”. Dengan kata lain, jika ada orang yang diselamtkan, ada juga orang yang tidak diselamatkan, atau dihukum.
Yohanes 3:18 ; Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Sekali lagi, Yohanes hanya mengaku adanya dua kemungkinan : tidak akan dihukum atau dibawah hukuman, namun disini dia menekankan bahwa masa depan mereka dibawah hukuman telah datang. Tuhan Yesus tidak menyebabkan mereka dibawah hukuman. Mereka sendirilah yang menyebabkannya.
Pemakaian sebutan Anak tunggal Allah menekankan beratnya kesalahan mereka yang tidak percaya. Mereka perlu diselamatkan, namun mereka meningkatkan kesalahan mereka karena mereka menolak Dia yang layak dipercayai.
Yohanes 3:19 ; Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
Melalui kiasan Terang. Yohanes ,menjelaskan kepada kita mengenai proses penghakiman. Penjelasan proses penghakiman ini dapat dianggap kelanjutan dari pasal 3:16-18b. Anak Allah tidak datang “untuk menghukum dunia”, tetapi karena mereka tidak percaya, mereka “telah berada dibawah hukuman”. Demikianlah keadaan mereka, walaupun Terang telah datang kedalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang. Sikap itulah yang mereka pegang, bahwa mereka lebih menyukai kegelapan, sehingga mendorong mereka jauh dari Terang. Disitu tidak ada keselamatan. Menurut Yohanes, mereka melakukan kejahatan karena mereka lebih menyukai kegelapan. Yohanes menekankan pertanggung jawaban.
Yohanes 3:20 ; Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;

Kiasan terang dan kegelapan dilanjutkan dalam dua ayat ini. Setiap orang mengerti bahwa dimalam hari orang baik datang kepada terang, karena disana ia merasa lebih aman, dan ia tidak tergelincir, sedangkan orang yang berbuat jahat menjauhi terang, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak.


Yohanes 3:21 ; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."
Lain dari orang yang “berbuat jahat”, orang yang melakukan yang benar tidak menjauhi terang, mereka datang kepada terang. Sampai titik ini tidak ada kejutan. Apa yang dikatakan memang sesuai dengan pengertian kita mengenai sikap manusia.
Akan tetapi, keterangan mengenai tujuan orang yang baik itu, yaitu supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah, justru merupakan kejutan.mungkin para pembaca berpikir dia akan berkata sesuatu seperti, “supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya baik”. Tampaknya sikap seperti itu menandai kesombongan. Ternyata dia mau mencanangkan bahwa  perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah. orang itu datang kepada terang untuk menyatakan bahkan perbuatan-perbuatannya dilakukan oleh kuasa dan kehendak Allah. Dia datang kepada terang untuk bermegah dalam Allah.

PB


Dalam ayat ini, Tuhan Yesus sungguh mulai menjawab pertanyaan Nikodemus, yang diajukan dalam ayat 9. Dia mulai menjelaskan “hal-hal ini surgawi” disini. Dia mengkiaskan penyaliban-Nya dengan ular yang ditinggikan di padang gurun, yang dikisahkan dalam Bilangan 21:4-9. Jika  Anak Manusia di tinggikan, maka manusia dapat diperanakkan kembali.
Yohanes menekankan suatu kesamaan antara ular  itu dan Tuhan Yesus, yaitu bahwa dua-duanya harus ditinggikan, tetapi sebenarnya kesamaannya lebih luas, karena tampaknya  ular itu melambangkan dosa umat Israel, dan waktu Dia disalibkan Tuhan Yesus menjadi dosa untuk kita.
Yohanes 3:15
Tujuan pernyataan bahwa “Anak Manusia harus ditinggikan”, suatu pernyataan yang masih terselubung, dijelaskan: hidup yang kekal bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Jadi kewajiban Nikodemus sudah dijelaskan: dia harus percaya kepada Yesus Kristus.
Yohanes 3:16
Ayat ini dapat dibagi empat:
1.      Kasih Allah sebagai sebab
2.      Anak-Nya sebagai  pemberian
3.      Iman sebagai syarat
4.      Kehidupan, bukan kematian, sebagai Akibat.
Anak manusia ditinggikan yang berakar dalam Kasih Allah. Orang Yahudi sudah mengerti bahwa Allah mengasihi mereka, tetapi pernyataan ini luar biasa karena mengatakan bahwa dia mengasihi dunia ini. Ini luar biasa bukan karena dunia ini besar, atau majemuk, tetapi karena dunia ini jahat. Begitu jahat dunia ini, sehingga dalam 1 Yohanes 2:15-17 orang Kristen dilarang mengasihi dunia. Larangan tersebut dan pernyataan ini tidak bertentangan, karena kasih Allah adalah kasih yang member, sedangkan larangan itu melarang kasih yang mau mengambil untuk dirinya sendiri.
Dia yang dikaruniakan demi keselamatan manusia disebut Anak-Nya yang Tunggal, julukan yang menekankan nilai yang amat tinggi. Dalam Kejadian 22, Abraham menyatakan kesediaannya untuk mengorbankan Anak-Nya yang tunggal, yang dia kasihi. Tampaknya peristiwa tersebut ada kaitannya dengan nas ini.
Untuk memperoleh apa yang dijanjikan dalam ini, hanya ada satu syarat, yaitu iman. Akibat yang dihasilkan bukan kebinasaan, melainkan hidup yang kekal. Yohanes tidak menerima adanya alternative ketiga, dia hanya menerima dua hal ini, yaitu kebinasaan dan hidup yang kekal.
Yohanes 3:17
Morris mengamati bahwa dalam ayat 16 ada sebutan Anak-Nya yang tunggal, yaitu sebutan yang penuh rasa kasih saying, sedangkan dalam ayat 17 ada sebutan Anak-Nya, yaitu sebutan yang penuh rasa hormat.
Menyelamatkan dan menghukum adalah “dua sisi dari sekeping uang logam”. Dengan kata lain, jika ada orang yang diselamtkan, ada juga orang yang tidak diselamatkan, atau dihukum.
Yohanes 3:18
Sekali lagi, Yohanes hanya mengaku adanya dua kemungkinan : tidak akan dihukum atau dibawah hukuman, namun disini dia menekankan bahwa masa depan mereka dibawah hukuman telah datang. Tuhan Yesus tidak menyebabkan mereka dibawah hukuman. Mereka sendirilah yang menyebabkannya.
Pemakaian sebutan bAnak tunggal Allah menekankan beratnya kesalahan mereka yang bertidak percaya. Mereka perlu diselamatkan, namun mereka meningkatkan kesalahan mereka karena mereka menolak Dia yang layak dipercayai.
Yohanes 3:19
Melalui kiasan Terang. Yohanes ,enjelaskan kepada kita mengenai proses penghakiman. Penjelasan proses penghakiman ini dapat dianggap kelanjutan dari pasal 3:16-18b. Anak Allah tidak dating “untuk menghukum dunia”, tetapi karena mereka tidak percaya, mereka “telah berada dibawah hukuman”. Demikianlah keadaan mereka, walaupun Terang telah datang kedalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang. Sikap itulah yang mereka pegang, bahwa mereka lebih menyukai kegelapan, sehingga mendorong mereka jauh dari Terang. Disitu tidak ada keselamatan. Menurut Yohanes, mereka melakukan kejahatan karena mereka lebih menyukai kegelapan. Yohanes menekankan pertanggung jawaban.
Yohanes 3:20
Kiasan terang dan kegelapan dilanjutkan dalam dua ayat ini. Setiap orang mengerti bahwa dimalam hari orang baik datang kepada terang, karena disana ia merasa lebih aman, dan ia tidak tergelincir, sedangkan orang yang berbuat jahat menjauhi terang, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak.
Yohanes 3:21
Lain dari orang yang “berbuat jahat”, orang yang melakukan yang benar tidak menjauhi terang, mereka datang kepada terang. Sampai titik ini tidak ada kejutan. Apa yang dikatakan memang sesuai dengan pengertian kita mengenai sikap manusia.
Akan tetapi, keterangan mengenai tujuan orang yang baik itu, yaitu supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah, justru merupakan kejutan.mungkin para pembaca berpikir dia akan berkata sesuatu seperti, “supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya baik”. Tampaknya sikap seperti itu menandai kesombongan. Ternyata dia mau mencanangkan bahwa  perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah. Boring itu datang kepada terang untuk menyatakan bahkan perbuatan-perbuatannya dilakukan oleh kuasa dan kehendak Allah. Dia bdatang kepada terang untuk bermegah dalam Allah.

Yohanes


Buku ini mengangkat perasaan-perasaan orang yang merupakan dinamika hubungan dalam satu keluarga. Penulis buku ini sengaja menggandengkan dua kata, yaitu ribut dan rukun untuk memknai kehidupan dalam berkeluarga. Sebetulnya kehidupan berkeluarga bukankah ditandai oleh suasana ribut dan suasana rukun. Biar bagaimanapun juga rukunnya suatu keluarga bukankah dalam kenyataannya terjadi juga keributan?
Namun ada suami dan isteri yang tak pernah ribut ? atau adik dan kakak yang tak pernah bertengkar? Lebih baik kita bersikap realistik dan mengakui bahwaribut dan rukun memang saling bergandengan dalam perjalanan berkeluarga.
Mengapa anggota-anggota satu keluarga yang rukun dan saling mencintai dapat juga bertengkar? Penyebabnya tentu berbeda-beda. namun secara umum, penyebab hakikinya adalah justru karena mereka saling mencintai. Disini terdapat paradoks (=dua hal yang saling bertentangan) dan kausalitas (=dua hal yang saling menyebabkan). Anggota-anggota keluarga adalah orang-orang yang paling dekat dengan kita. Mereka adalah orang-orang yang paling kita andalkan. Karena itu kita mempunyai ekspetasi (=harapan yang mengandung suatu tuntutan) yang tinggi terhadap mereka. Tetapi sebagai orang dekat, kita juga mudah melihat segala keburukan mereka. Ekspetasi kita berbeda dari kenyataan. Kita menjadi kecewa lalu kita menjadi kesal. Selanjutnya, sebagai orang dekat kita tak sungkan untuk mengecam. Kecaman itu dapat menimbulkan keributan. Akibatnya dapat menimbulkan perasaan benci. Disini letak paradoksnya : Kita benci padahal kita mencintai. Disini letak kausalitasnya : kita benci karena kita mencintai. sebanya kata "benci" seolah-olah merupakan singkatan "benar-benar cinta".
Anggota keluarga adalah orang-orang yang paling dekat dengan kita. Mereka dekat dengan baik dalam jarak, maupun dalam intimitas (=kedekatan atau keakraban dalam hubungan). Kedekatan itu menimbulkan hubungan yang intens dan memunculkan beraneka ragam perasaan. Berbagai perasan itu, misalnya cinta, kecewa, butuh, amarah, rindu, peduli, iba, cemas, kesal dan lain-lain. Dapat menimbulkan kerukunan serempak juga keributan.
Hubungan orang-orang dalam keluarga memang penuh dengan dinamika. Mereka adalah ibarat telur dalam keranjang. Kapan telur-telur berbenturan dan menjadi retak? Kalau mereka terletak dalam satu keranjang yang sama. Dua telur yang terletak berjauhan atau dalam keranjang yang berbeda tidak mungkin akan berbenturan. Tetapi justru telur yang terletak dalam satu keranjang yang sama akan berbenturan. Anak dan orangtua, suami dan isteri, adik dan kakak, mertua dan menantu, kemenakan dan ipar adalah ibarat telur-telur dalam satu keranjang. Mereka berdekatan, karena itu merekaberbenturan. Tetapi mereka tetap saling butuh dan saling cinta. Mereka ribut meskipun rukun, mereka rukun meskipun ribut. Itulah hidup berkeluarga.